Senin, 31 Agustus 2009

Tompaso, Daerah Penyumbang Kuda Pacu di Indonesia

Memelihara kuda dapat menjadi kesenangan atau hobi tersendiri bagi beberapa kalangan, terutama kalangan orang-orang yang berada. Sehingga tidak heran jika banyak kaum hartawan yang memiliki banyak kuda. Oleh karena itu, peluang menjadi dokter hewan minat dibidang perkudaan sangat terbuka lebar. Dokter hewan sebagai medik veteriner tentunya akan terus menjamin kesehatan kuda yang ditanganinya. Tidak heran jika dokter hewan yang bergelut dibidang ini penghasilan finansialnya relatif cukup bahkan lebih. Namun demikian,Memelihara kuda ternyata bukan hanya dilakukan dari kalangan orang-orang yang berada saja. sebut saja, warga Sulawesi Utara. Kuda atau lebih spesifik kuda pacu menjadi peliharaan mereka sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Kuda pacu asal Tompaso terkenal sejak lama di kalangan penggemar pacuan kuda. Ia menjuarai banyak lomba.

Pagi baru saja merekah di Kecamatan Tompaso, Minahasa, Sulawesi Utara. Udara dingin yang menyelimuti kecamatan yang terletak di kaki Gunung Soputan itu mulai tersaput oleh cahaya matahari. Beberapa anak muda terlihat menggiring kuda-kuda berukuran tubuh tinggi menuju padang rumput dan sungai. Di sana, mereka memandikan kuda-kuda itu, dan membiarkan binatang piaraan itu memamah rerumputan hijau. Pemandangan itu sekilas seperti savana di Sumba, Nusa Tenggara Barat, tempat yang terkenal dengan ternak kudanya itu. Namun, Tompaso juga adalah salah satu kawasan lain di Indonesia timur, yang sudah lama terkenal dengan kuda pacunya.

Menurut catatan, sudah sejak 1950-an warga Tompaso terkenal suka memelihara kuda. Tidak heran bila di sana banyak lahir joki-joki kecil yang terampil menunggang kuda untuk dilombakan. Mereka berpacu di lapang Maesa Tompaso. Kuda asli Tompaso berukuran tinggi 140 sentimeter. Itu ukuran sebelum terjadi persilangan dengan kuda luar yang terkenal bertubuh tinggi. Baru setelah datang kuda-kuda jantan dari Australia, yang dikenal dengan thoroughbred (kuda keturunan murni) maka terjadi perkawinan antara kuda Tompaso dan Australia. Dari hasil perkawinan itu lahirlah kuda pacu yang tinggi tubuhnya 160 sentimeter hingga 180 sentimeter.

Menurut Bupati Minahasa Stefanus Vreeke Runtu, setiap pemilik kuda Tompaso biasanya memiliki sertifikat kepemilikan. “Sertifikat itu berguna untuk menelusuri keturunan kuda,” ujar Vreeke. Kuda-kuda yang ada saat ini adalah keturunan ketiga dari hasil persilangan dengan kuda jantan Australia. Menurut Vreeke, jumlah kuda di Tompaso terdapat rata-rata 1000 ekor per tahun. Tapi, dari jumlah itu yang terjual sekitar 400 ekor dan pembelinya dari luar Tompaso. Para pembeli adalah mereka yang punya hobi pacuan kuda di kota-kota besar, termasuk Jakarta.

Menurut catatan, kuda Tompaso pernah memenangkan beberapa lomba, seperti kuda Prince Star si pemegang rekor nasional nomor 1.100 meter, kemudian Kusuma Bangsa, Royal Prince, Indon yang menjadi juara di nomor Derbi. Kemudian ada juga kuda Noniek Tanjungsari milik pembalap Alex Asmasoebrata. Menurut Vreeke, kuda-kuda Tompaso berbadan kuat dan tegap karena faktor alam. Pengaruh hawa nan sejuk, tersedianya air sungai untuk melatih kuda, juga pakan yang melimpah — seperti jagung, kacang kedele, dedak padi, bungkil kelapa, dan limbah pertanian lainnya — membuat kuda-kuda Tompaso memiliki kelebihan dibanding kuda-kuda lainnya.

Para pemuda di Tompaso sudah sangat terbiasa memelihara kuda-kuda pacu. Reky Woworuntu, pelatih kuda pacu di sana mengatakan bahwa dalam sepekan beberapa kali ada acara pacuan kuda di lapang Maesa Tompaso. Latihan ini sangat berguna untuk melatih otot-otot kuda dan naluri berpacunya. Dengan demikian, kuda yang dipelihara bukan hanya gizinya yang terpenuhi, tapi juga kekuatan dan ketangkasannya. Maka, tak heran bila biaya pemeliharaan kuda di sana terbilang mahal. Dalam sebulan setidaknya harus keluar uang Rp1 juta. Karena biaya pemeliharaan cukup mahal, sudah barang tentu harga jualnya pun terbilang tinggi. Harga jual seekor kuda Tompaso berkisar Rp30-60 juta, dan bahkan bisa mencapai Rp100 juta.

Tapi, kemenangan dalam suatu pacuan kuda bukan hanya tergantung pada faktor kudanya, tapi faktor strategi juga sangat menentukan. Maka, pada saat acara pacuan kuda akan berlangsung, semua joki, pelatih, dan pemiliki berkumpul di pinggir lapang. Mereka mengatur strategi perlombaan, dan juga saling mengintip kuda mana yang akan menjagoi lapangan. Meski hanya latihan tapi acara itu akan menentukan kualitas dan harga kuda. Kuda yang paling kencang larinya, akan ditawar dengan harga tinggi. Namun, bagi Bupati Minahasa, kuda dan lomba itu sedang digalakkan untuk ajang promosi pariwisata. (Imam Firdaus)

(http://www.tanimerdeka.com/modules.php?name=News&file=article&sid=390hara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar